Senin, 22 Desember 2014

Pesan untuk Hati yg Menghuni di Sebuah Raga



Dear hati…
Akhirnya kamu mencapai titik paling sempurna dalam hidup ini. Dimana hampir semua rasa telah kamu lalui dengan sangat manis, walau bercampur tangis dan air mata yg terperih.
 
Kini kamu beranjak kuat! Menjadi tangguh selayaknya manusia yg paling berguna dimuka bumi.

Walaupun kamu sebenarnya telah mematahkan banyak hati dan terpatahkan juga oleh hati yg lain.

Biarkan… setidaknya semua itu impas dan kamu menjadi mengagumkan untuk dirimu sendiri.



Dear hati… mungkin kebahagiaanmu kini sedang teruji. Ketulusanmu sedang dipertimbangkan dan kesabaranmu sedang di nilai oleh-Nya.

Kamu harus kuat! 

Tidak semua harapan akan terwujud sesuai kehendakmu! Karena sejatinya bukan kamu lah yg berhak mengatur keadaan akan suatu kehendak! 

Jika sosokmu kini sedang rapuh, biarlah… jangan mencoba untuk menjadikannya lebih berantakan, tetaplah berusaha untuk kembali menjadi hebat! Dan kuat!


Ajak penghuni kepala untuk senantiasa mengalirkan oksigen dan aliran darah dengan sempurna agar penghuni raga dapat menikmati kehidupan yg harus dilalui dengan syukur dan bahagia. 


Ajak jantungnya untuk selalu mengatur ritme yg senada dengan kedamaian hidup, agar semua panca inderanya dapat memahami bahwa hidup ini akan sia-sia jika hanya diratapi dengan kesedihan semata.





Dear hati yg telihat retak… tangguhkan lah bentukmu, jangan sampai berserakan agar tidak ada puing yg hilang. 

Tetaplah pada posisimu walau beribu kenangan ingin memecahkanmu beratus kali.

Walau retakmu sudah sangat parau, tetaplah untuk terus mencoba menjadi kuat! Seperti yg selalu diperintahkan oleh suara-suara kecil yg berada diposismu yg terdalam. 


Bantu penghuni raga untuk berdiri tegap! Menghadapi segala harapannya yg mulai menjauh pergi. 



Bantulah mentata kembali angan yg sudah dirusakkan oleh hati yg lain! Jangan sampai lengah untuk senantiasa membuat kesepakatan pada penghuni kepala dan pemilik detak untuk selalu ikhlas… terima semua keadaan yg sudah terjadi dan melupakan apa yg sepantasnya dilupakan.





Dear hati… kini semuanya telah terjadi. 

Bukankah cukup puas untuk menjadi hebat?! Merasakan banyak rasa hingga retak tercacah oleh sebuah hal yg bernamakan kehilangan?


Percayalah… mungkin masih ada satu rasa yg masih kautunggu kedatangannya, yaitu ‘dicintai dengan tulus oleh orang yg kaucintai . Ya, itu yg belum kamu rasakan, hati.


Lekas perintahkan pada airmata untuk secepatnya berhenti. Lekas perintahkan paru untuk mengatur nafas agar dapat membantu sang penghuni raga menenangkan dirinya, 

karena sang pemilik jiwa telah menjanjikan, bahwa kebahagiaan pastilah datang tepat pada waktunya.


aamiin..
Allahuma aamiin.


Senin, 01 Desember 2014

WINGS


i have a story..




Long time ago, i had a wings. Two wings, right side and left side.

i'm so happy past the day.. i always cheerful, smiling all the time, cause i had a beautiful wings and i can fly wherever i want to go.

 
One day, i try to fly in different road because i felt so bored in life. I flew up until found a crossroads. 

One side in the road , it's look like my last place, so i switch to the other side. But do you know? the other side is so foggy. So, i flew up again to see. 

And wow! after fog, there are a beautiful place who i've never seen and never previous visit before!

 There are a beautiful flowers, nice honeys, unique trees, cool breeze, beautiful clouds, etc. i'm very comfortable in here. i found beautiful views from here, the real wonderful printing who God has created!

i fly away.. explore every street.. enjoy.. and continue to fly regardless of anyone.

i don't care everything!

i think i never come back and will stay in here.. maybe forever.



I fly so high... but then i felt my body was shaken!!! i don't know what's going on?

the wind blows very strong!! so strong.. until i felt that my body would be fall out so hard!!

i fear.. i cry.. i hope the wind soon stopped!!

but.. finally my body was thrown very hard to trees, bounced up until my right wing so hurt!

i'm helpless.. i fall out again.. more.. and more.. so deep and far down..



i saw my right wing was broken.. bloody.. wounded.. bruised..

i cry so hard but nobody help me (╥﹏╥)

i'm sorry to have forgotten everything. i've forgotten my home, my nice home should be a place i return..



And now, i just see one wing. I can't fly.. i just had one wing, the left wing.. i lost my other wing.. i can't fly anymore..

Nevertheless, i must be grateful.. cause i still alive and i still breathing the air and enjoy my life :)

-THE END-




(Mike's storytelling - fairytale)


Selasa, 08 April 2014

Surat dikantung mataku


Banyak bulan yang kulumat dalam jejak kaki, banyak lumpur yang kucoreng di muka sendiri. Bagaimana kabarmu, wahai perempuan yang digerus usia?

Menghiasi wajahmu dengan jemariku, membuatku lumpuh oleh ingatanku sendiri. Bagaimana waktu menjelma menjadi kerutan-kerutan di wajah itu –kerutan yang tak lebih banyak dari doa-doa yang kaugelar di atas sejadah tuamu; bagaimana sungai-sungai pernah tercipta dari kedua mata itu –sebab, kepalaku lebih keras dari suaramu; bagaimana musim keduapuluh menjadi tragedi yang patut kaurayakan – sebab, gadis kecilmu tak perlu lagi pulang ke pelukan siapapun, selain milikmu.

Sesekali, biarkan aku memelukmu. Mungkin pada tawa yang lahir di tengah ruang atau ketika amarah menjadi kurcaci-kurcaci nakal yang mencacah isi kepala. Pada sinar matamu yang redup, atau bibirmu yang  terkatup; aku tak perlu menjadi siapa-siapa selain aku. Kau, mencintaiku utuh.

Surat ini tak kan mampu kautemukan di laci atau saku celanaku, kusimpan rapat ketika lidah melupakan fungsinya mengapa seharusnya ada; ketika kertas dan pena hanya jadi budak nilai tukar rupiah; ketika kata-kata hanya letupan bara yang menyesal namun tak sanggup berbuat apa-apa.

Biarkan pada surat yang kusimpan dalam kantung mataku ini, menjadi celah bagi sayap yang kuhempas terlalu tingi untuk memelukmu; untuk mengucap syukur, mengapa menjadi milikmu adalah anugrah yang berlebih dari penciptaku.

Mungkin kelak, surat ini bisa kaubaca. Ketika lenganku berbicara; ketika detakku berdansa dengan doa-doa atau ketika air bah di dadaku menemukan senyum banggamu di kedua mata.

Di detik yang tak pernah kita tahu kapan akan berhenti, biarkan kakiku memilih. Percayalah, tak akan ada lagi musim yang kubiarkan beku dalam tangisan ngilu. Mungkin ini yang keseribu, ketika inginku lebih getir dari senggama sang petir yang menggebu.

Tapi percayalah, ibu.

Aku mencintaimu.

Tertanda,

Gadis kecilmu yang kerap (melupa) pulang.

PAREIDOLIA


Aku bingung, surat cinta pertama harus kutujukan  untuk siapa. Pada langit, atau pada Tuhan?

Aku jatuh cinta pada langit, tapi langit itu milik-Nya…

Pagi ini aku tak lupa melihat ke arah mu, memastikan kamu masih di sana. Awalnya aku hanya melakukan nya setiap pagi hari. Tapi kemudian aku tak tahan untuk tak melihatmu setiap saat. Kamu indah. Orang-orang sekitarku mulai jengah, ketika kepalaku menengadah. Karena setelahnya, aku akan senyum-senyum sendiri dan -menurut mereka- aku tidak lagi berada di tempatku. Ya, aku memang tidak sabar untuk terbang ke tempat mu. Aku seekor burung kecil yang belajar terbang sendirian, demi sedikit lebih dekat dengan kekasih nya.

Endah bilang, dalam lagu When You Love Someone, ketika jatuh cinta, orang tak akan sabar menunggu malam tiba dan bertemu kekasih nya dalam mimpi. Aku tidak. Aku tak pernah bisa melihat mu dengan jelas dari kota yang menanam banyak sekali tiang lampu. Seorang teman pernah menunjukkan padaku foto langit malam yang ditangkap dari kamera nya, indah, aku melihat mu. Sayangnya, untuk dapat melihat secara langsung, aku harus pergi ke dataran tinggi dan menunggu sampai tengah malam. Mendaki gunung dan melawan dingin demi melihatmu di malam hari? Nanti sajalah, bekal cinta ku belum cukup.

Tapi aku khawatir, akhir-akhir ini langit berwarna abu-abu serupa tukang tipu, yang tidak pernah hitam ataupun putih. Aku jadi jarang melihat mu, jadi senewen seperti ibu-ibu yang pakaian nya tak kering-kering karena hujan turun tak tahu waktu. Angin juga sering mengganggu, maka lewat surat ini, aku harap kamu baik-baik saja.

Atau mungkin, cuaca buruk adalah tanda supaya aku berhenti menatapmu? Karena jujur saja, seiring waktu Pareidolia yang parah ini berbeda rasanya. Aku memang melihat senyuman dilingkaran sosok mu yang lucu, wajah tertawa mu yang bodoh itu, dan tangan kita yang saling erat kaku. Aku memastikan kamu ada di lembar biru milik Tuhan, mengawasi aku dari atas. Atau, aku memang tidak sedang jatuh cinta? Mungkin, pareidolia ku berbentuk cinta, karena aku ingin tetap jatuh cinta? Entah kenapa aku lebih yakin kemungkinan kedua.


Tapi aku akan tetap melihat langit pagi, besok. Untuk memastikan apa kamu memang tepat berada di atas langit kota ku, atau kota gadis-dengan-pareidolia yang lain.



Warmest regards,

From a little fairy who lost in the sky.



*Pareidolia yang dimaksud: melihat / menganalogikan bentuk-bentuk tertentu di langit, misalnya awan / gugusan bintang dengan bentuk yang familiar lainnya.

Senin, 07 April 2014

Halo, Tuan Petualang Melankolis!

Halo, Tuan.
Mungkin sudah banyak surat cinta yang datang hari ini, untukmu. Tapi aku sedikitpun tidak peduli. Bahkan aku bahagia, ternyata banyak yang mencintaimu melalui karya-karyamu. Begitupun aku.
Beberapa bulan yang lalu, aku tidak sengaja melihat akun sahabatku meretweet beberapa tweetmu. Entah karena isi tweetmu yang biru dan seragam dengan isi hatiku, atau hanya rasa penasaran, aku pun diam-diam mengintip dan saat itu juga memfollow akunmu.


Beberapa hari kemudian, rasa penasaran akan siapa sebenarnya dirimu kembali muncul. Terpancing beberapa tweetmu yang mengatakan bahwa kamu sedang melakukan sebuah perjalanan berkeliling Indonesia. Saat itu aku langsung mencari tau siapa sebenarnya dirimu melalui mesin pencari. Hey, are you traveler? Musician? Photographer? Or Writer? Atau mungkin lebih tepatnya, you’re a talented person! Tuhan telah menganugerahkan bakat yang luar biasa kepadamu. Pun dengan caramu bersyukur atas hidup yang luar biasa pula dengan menciptakan sebuah perjalanan. Perjalanan yang bukan sekadar membawamu ke tempat-tempat yang indah, perjalanan yang bukan sekadar membawamu berjumpa dengan orang-orang baru, tapi sebuah perjalanan yang memberimu banyak pelajaran berharga tentang kehidupan. Dan mulai saat itu, aku pun menjadi penggemarmu. Penggemar nomor satu.


Halo, Tuan.
Aku jatuh cinta dengan karya-karyamu. Dengan hasil jepretanmu tentang keindahan Indonesia yang menyimpan berbagai kisah, dengan tulisan-tulisanmu, pun dengan semua lagu yang ada di album 11:11 dan Tempat Aku Pulang. Taukah kamu, Tuan. Lagu-lagumu sanggup membuatku jatuh cinta dan patah hati sekaligus. Mungkin ketika ditanya, “Lagu Fiersa Besari mana yang menjadi favoritmu, Zizah?” aku pasti tidak bisa menjawabnya. Karena buatku, setiap lagumu mempunyai keistimewaan tersendiri. Dan entahlah, lagu-lagumu selalu mampu mewakili setiap perasaan yang aku miliki. Itu yang membuatku tidak bosan-bosannya menempatkan lagu-lagumu di playlist favoritku.


Halo, Tuan.
Mungkin saat ini, aku hanya bisa menjumpaimu melalui dunia maya. Mengagumi karya-karyamu yang luar biasa hanya dengan satu arah. Tapi aku berharap, suatu saat nanti kita bisa berjumpa. Dan aku bisa mendengarkan kisah perjalananmu, pun mendengarkanmu bernyanyi secara langsung. Ah, andai saja kotaku dan kotamu tak berjarak, Tuan. Mungkin akan lebih mudah menjumpaimu lalu mengucapkan terima kasih. Terima kasih untuk menyadarkanku akan suatu hal, bahwa Hidup kan Baik-Baik Saja.


Salam,
Penggemarmu nomor satu.


(Oleh zizahh untuk @FiersaBesari)