Jumat, 01 Januari 2016

Perihal hati yang betah sendiri


Tidak ada alasan mengenai hal ini. Kalaupun ada yang memaksaku menciptakan sebuah alasan, perihal hatiku yang masih saja bisu, baiklah, aku akan mencoba menemukan alasan-alasan yang ku paksakan, ku temukan.

Memang sudah cukup lama rasanya aku tak pernah lagi berurusan dengan yang namanya cinta. Memutuskan untuk menyendiri, setelah yang terakhir kali bersamaku, memilih pergi dan berlalu. Aku akui, ia sedikit banyak meninggalkan bahagia, lengkap dengan luka di dalamnya. Aku dan dia pernah mengucap doa bersama, meratap penuh harap, semoga indah ini selamanya. Tapi, pada akhirnya aku mengerti. Ternyata, "selamanya" itu tidak lama.

Kemudian ia pergi meninggalkan kenangan. Berbahagia dengan orang baru, yang di anggapnya lebih baik dariku. Sementara aku, masih mencoba berdamai dengan keadaan. Mencoba mengikhlsakan sisa-sisa keikhalasan, yang tak aku ikhlaskan.

Musuh terbesar bagi seseorang yang sedang mencoba melupakan adalah; kebiasaan. Aku terlalu terbiasa menghabiskan hariku berdua dengannya. Aku terlalu terbiasa dengan harum bau tubuhnya. Aku terlalu terbiasa melihat tawanya. Butuh waktu yang cukup lama bagiku untuk perlahan melupakan, atau lebih tepatnya menerima kenyataan, bahwa kebiasaan-kebiasaan yang pernah kami lakukan, tak akan mungkin lagi di ulang. Perlahan tapi pasti, sekarang aku sudah kembali. Kembali seperti saat pertama kali sebelum bertemu denganya, penyebab luka.

Satu lagi pelajaran yang aku dapatkan. Perihal melupakan, kita hanya harus menunggu. Menunggu waktu kembali memulihkan hati yang mati di tinggal pergi. Jangan terburu-buru mencari cinta yang baru, hanya untuk di jadikan pelampiasan. Nikmati setiap proses yang terjadi. Sibukkan diri dengan hal-hal yang selama ini sempat kalian lupakan. Dan, percayalah, dengan sendirinya kenangan-kenangan tentang dia hilang dengan perlahan.

Kalau kalian bertanya kepadaku, masihkah ada tentang dia di kepalaku saat ini? Aku akan menjawab, tidak. Ia tak lagi lalu lalang di kepalaku seperti dulu. Sudah ku bersihkan tempat-tempat di hati, yang pernah ia tempati. Sekarang aku sudah mulai terbiasa begini, terbiasa sendiri.

Sampai paragraf terakhir, rasanya aku belum sedikitpun menceritakan alasan-alasan, tentang mengapa aku masih betah bertahan dalam kesendirian. Aku lupa, aku bukanlah orang yang suka di paksa.

Jadi, masih mau memaksaku?



(Created: budaksadjak.com)