Selasa, 08 April 2014

PAREIDOLIA


Aku bingung, surat cinta pertama harus kutujukan  untuk siapa. Pada langit, atau pada Tuhan?

Aku jatuh cinta pada langit, tapi langit itu milik-Nya…

Pagi ini aku tak lupa melihat ke arah mu, memastikan kamu masih di sana. Awalnya aku hanya melakukan nya setiap pagi hari. Tapi kemudian aku tak tahan untuk tak melihatmu setiap saat. Kamu indah. Orang-orang sekitarku mulai jengah, ketika kepalaku menengadah. Karena setelahnya, aku akan senyum-senyum sendiri dan -menurut mereka- aku tidak lagi berada di tempatku. Ya, aku memang tidak sabar untuk terbang ke tempat mu. Aku seekor burung kecil yang belajar terbang sendirian, demi sedikit lebih dekat dengan kekasih nya.

Endah bilang, dalam lagu When You Love Someone, ketika jatuh cinta, orang tak akan sabar menunggu malam tiba dan bertemu kekasih nya dalam mimpi. Aku tidak. Aku tak pernah bisa melihat mu dengan jelas dari kota yang menanam banyak sekali tiang lampu. Seorang teman pernah menunjukkan padaku foto langit malam yang ditangkap dari kamera nya, indah, aku melihat mu. Sayangnya, untuk dapat melihat secara langsung, aku harus pergi ke dataran tinggi dan menunggu sampai tengah malam. Mendaki gunung dan melawan dingin demi melihatmu di malam hari? Nanti sajalah, bekal cinta ku belum cukup.

Tapi aku khawatir, akhir-akhir ini langit berwarna abu-abu serupa tukang tipu, yang tidak pernah hitam ataupun putih. Aku jadi jarang melihat mu, jadi senewen seperti ibu-ibu yang pakaian nya tak kering-kering karena hujan turun tak tahu waktu. Angin juga sering mengganggu, maka lewat surat ini, aku harap kamu baik-baik saja.

Atau mungkin, cuaca buruk adalah tanda supaya aku berhenti menatapmu? Karena jujur saja, seiring waktu Pareidolia yang parah ini berbeda rasanya. Aku memang melihat senyuman dilingkaran sosok mu yang lucu, wajah tertawa mu yang bodoh itu, dan tangan kita yang saling erat kaku. Aku memastikan kamu ada di lembar biru milik Tuhan, mengawasi aku dari atas. Atau, aku memang tidak sedang jatuh cinta? Mungkin, pareidolia ku berbentuk cinta, karena aku ingin tetap jatuh cinta? Entah kenapa aku lebih yakin kemungkinan kedua.


Tapi aku akan tetap melihat langit pagi, besok. Untuk memastikan apa kamu memang tepat berada di atas langit kota ku, atau kota gadis-dengan-pareidolia yang lain.



Warmest regards,

From a little fairy who lost in the sky.



*Pareidolia yang dimaksud: melihat / menganalogikan bentuk-bentuk tertentu di langit, misalnya awan / gugusan bintang dengan bentuk yang familiar lainnya.

Tidak ada komentar: