Selasa, 19 Juni 2012

Langitku

"besok aku pulang" kata Langit dari Bumi belahan lain.
aku terdiam. seharusnya aku senang.

"kamu tidak senang?" seolah membaca keterdiamanku, Langit bertanya pelan.

"aku senang..."
seharusnya.

"kita akan bertemu? tanya Langit dengan suara yang tersenyum.
aku kembali terdiam. enggan tersenyum.

"kamu mau?" ia bertanya lagi.
dan aku... aku harusnya menjawab tanpa ragu-ragu. tapi aku cuma kelu.

"kamu tidak mau?" kali ini suara Langit terdengar sedih.

"aku mau..."
seharusnya tak perlu pakai ragu.

"kamu masih ingat tempatmu biasa menjemputku?" suara Langit kembali tersenyum.

mana bisa aku tak ingat. segala tentang Langit tak bisa aku lupa.

"atau kamu lupa?" tanya Langit dengan suara menggoda.

"aku ingat..."
karena aku tak pernah mau lupa. tentangmu tak mungkin bisa aku lupa.

"baik. besok aku pulang ya." kata Langit sekali lagi, menegaskan.
aku yang tak tegas. tak bisa menjadi tegas. 11:11

"kamu senang?" ia kembali bertanya dari ujung senjanya.
bukan senjaku. disini sudah terlalu gelap untuk menikmati senja.

"mengapa kamu diam lagi?" kali ini Langit terdengar gundah.

"aku..."
ingin menjadi tegas.

"ya? kamu...?" suara Langit kembali melunak.

"aku ... ?"
ingin ada di senjamu. senjaku sudah terlalu gelap untuk dinikmati.

"ya? kamu... kenapa?" Langit membingung.

"aku..."
ingin kamu tak pulang. aku ingin kamu membawaku pulang, Langit.

tapi dia tak mengerti. kuputuskan untuk menghentikan koneksi. antara senja, aku, bumi dan Langitku. semua sudah berakhir. ku tegaskan lagi. semua sudah berakhir.

dan mungkin dengan begini suatu hari nanti Langit yang akan membawaku pulang.



Tidak ada komentar: